Mengunjungi Komunitas Pecinta Literasi di Bogor
“Terus Berkarya dan
Mencoba”
BOGOR- Suasana hangat menyapa saya saat
bertandang ke sekretariat FLP (Forum Lingkar Pena) Bogor pada hari Minggu, 12
November 2017. Hari itu adalah pertemuan ketiga dari rangkaian kegiatan yang
diperuntukkan bagi calon anggota FLP angkatan X. Saya mendapatkan informasi
dari salah satu peserta yang berasal dari gelombang IX, Mbak Yanti, bahwa
materi utama tentang resensi telah selesai disampaikan oleh Kang Usup. Berdasarkan
informasi dari Mbak Yanti, Kang Usup adalah salah satu senior di FLP yang serba
bisa. Hampir semua buku telah Kang Usup baca, dan masih menurut Mbak Yanti, Kang
Usup juga menggeluti bisnis di bidang pemasaran buku.
Tak salah apa yang disampaikan oleh
Mbak ayu tersebut, Kang Usup saat berbicara kembali sempat mencuplik salah satu
syair karya Tere Liye “dikatakan atau tidak dikatakan, ini tetap cinta”. Kang Usup juga menyarankan peserta membaca
novel berjudul “The Circle” terbitan Bentang Pustaka, sebuah fiksi science yang masuk akal menurutnya. Dari
gaya berbicara Kang Usup tersebut tergambar bahwa beliau telah melahap banyak
buku.
Kang Usup juga menjelaskan perbedaan sajak,
syair, maupun puisi. Menurutnya ketiganya hampir sama. Sajak sebenarnya adalah
puisi yang identik dengan istilah
melayu, jelas rimanya, dan bergaya seperti pantun. Sedangkan syair merupakan
bentuk lain dari puisi yang lebih mengarah ke senandung, dan banyak
dipergunakan di Melayu, Arab, dan Persia.
Selain mendapatkan secercah ilmu dari
kang Usup, saya beruntung masih bisa menyimak sesi bedah cerpen karya kami,
para angkatan X, langsung oleh ketua FLP Bogor, Mbak Sekar. Mbak Sekar dengan teliti memberikan masukan, kritikan,
ataupun pujian kepada masing-masing peserta yang telah mengirimkan cerpennya ke
blog masing-masing. Ada dua peserta yang saya tertarik dengan masukan Mbak
Sekar, yaitu cerpen karya Mas Iqi dan Rose. Menurut Mbak Sekar, cerpen karya
Mas Iqi cukup bagus, pesan bisa langsung dapat. Hanya saja untuk EBI perlu
dicek kembali dan awal menuju konflik sebaiknya diperpanjang. Sedangkan untuk
cerpen karya Rose, ketua FLP yang anggun tersebut mengatakan bahwa untuk
konflik cerita cerpen sudah cukup bagus. Menurutnya cerpen karya Rose merupakan
ciri cerpen yang disukai koran, penuh dengan intrik, politik. Cara menyusun
cerpen juga sudah bagus dengan konflik yang diletakkan di akhir cerita. Hal-hal
yang perlu ditingkatkan Rose menurut Mbak Sekar adalah memperkaya diksi saat
menyusun cerpen.
Mbak Sekar memberikan trik untuk jeda
antar cerita atau sesi pada sebuah cerpen dengan menggunakan tiga bintang.
Selain berfungsi penjeda antar sesi pada cerpen, bintang tiga juga solusi bagi penulis
muda yang tiba-tiba kehilangan ide. Pesan yang diberikan ketua FLP Bogor kepada
calon anggota FLP angkatan X adalah agar terus berkarya dan mencoba.
#oche2210
#TerusBelajar
#AdilItuSebuahProses
#CintaHarusDiusahakan
#oche2210
#TerusBelajar
#AdilItuSebuahProses
#CintaHarusDiusahakan
Komentar
Posting Komentar